Untuk mengatasi masalah itu,
periset pada Pusat Penelitian Limnologi Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI), Ignatius DA Sutapa, merancang instalasi pengolah air
gambut menjadi air baku yang sehat untuk dikonsumsi. ”Hasil penelitian
kami sudah dimanfaatkan di Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah, dan
Kabupaten Bengkalis, Riau,” kata Sutapa, Kamis (2/8), di Cibinong
Science Center LIPI, Cibinong, Jawa Barat.
Saat ini, instalasi
pengolah air gambut (IPAG) LIPI diproduksi dengan kapasitas 60 liter per
menit. IPAG60 mampu mencukupi kebutuhan air bersih 100 rumah tangga.
Air
gambut memiliki derajat keasaman (pH) 2,7- 4. Adapun pH netral adalah
7. Pengolahan air gambut melalui sejumlah tahapan, meliputi koagulasi,
flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dekolorisasi, netralisasi, dan
desinfektasi.
Air gambut yang berwarna hitam kecoklatan itu
mengandung senyawa organik trihalometan yang bersifat karsinogenik
(memicu kanker). Selain itu, air gambut mengandung logam besi dan mangan
dengan kadar cukup tinggi. Konsumsi dalam jangka panjang bisa
mengganggu kesehatan.
Diendapkan dan disaring
Air
gambut diolah dengan cara koagulasi (diendapkan). Koagulan utama yang
digunakan adalah alum sulfat. Koagulan ini digunakan dengan variasi
konsentrasi hingga 50 bagian per sejuta (ppm), bergantung pada kepekatan
air gambut.
Koagulasi menghasilkan endapan yang ditampung dalam
bak sedimentasi. Selanjutnya, air dialirkan untuk disaring dengan pasir
silika dan antrasit.
Unit filtrasi merupakan saringan pasir cepat. Diameter pasir silika dan antrasit adalah 0,6-2 milimeter.
Komposisi
media penyaring disusun berdasarkan tingkat efisiensi proses koagulasi.
Media filter memungkinkan terbentuknya biofilm mikroorganisme. Ini yang
menguraikan polutan organik air gambut yang dialirkan.
Untuk
menghilangkan bau, warna, dan rasa digunakan penyaring karbon aktif.
Dengan ukuran partikel karbon aktif relatif kecil, warna air gambut yang
pekat dan mengandung asam humat dapat diserap.
Konsentrasi
karbon aktif bergantung pada intensitas warna yang akan direduksi.
Kemudian dilanjutkan dengan proses netralisasi tingkat keasaman air
menggunakan soda ash. Untuk membunuh bakteri patogen di dalam air
digunakan kalsium hipoklorit.
Dipatenkan
Tahun
2012, LIPI menghasilkan tiga unit IPAG60 dan sedang mengerjakan pesanan
sebanyak 15 unit. Metode pengolahan air gambut serta kelengkapan
peralatannya sedang dipatenkan.
Sutapa mendaftarkan hak paten
dengan nomor registrasi P00201000586 ke Direktorat Jenderal Hak Kekayaan
Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Klaim patennya
mencakup pengolahan air gambut, termasuk ditemukannya kombinasi optimal
antara proses netralisasi, pembubuhan karbon aktif, dan koagulasi.
Dari
hasil penemuan instalasi pengolah air gambut memungkinkan dibuat sistem
pengolah air gambut yang kontinu dengan produktivitas tinggi.
Peralatannya bisa dirancang dalam bentuk kecil dan mudah dibawa.
”Pemerintah Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah, dan PT Sinar Mas di Riau sudah memasang IPAG60,” kata Sutapa.
Sutapa
merancang IPAG60 bersama peneliti LIPI lain yang tergabung ke dalam
Program Kompetitif LIPI, Energi Bersih Terbarukan, dan Pasokan Air
Bersih Berkelanjutan. IPAG60 merupakan instalasi pengolah air gambut
menjadi air bersih terbesar di Indonesia saat ini.
Kualitas air
produksinya memenuhi standar kesehatan berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010. Untuk pengolahan dibutuhkan energi
listrik relatif rendah. Energi itu bisa diupayakan dari panel surya.
Biaya
produksi air bersih mencapai Rp 15.000-Rp 25.000 per meter kubik. Besar
biaya bergantung pada kualitas air gambut yang diolah.
Saat ini
diperkirakan luas hutan dan lahan gambut yang tersisa sekitar 21 juta
hektar. Jutaan penduduk di lokasi itu masih memanfaatkan air gambut
untuk keperluan sehari-hari, selain air tadah hujan.
Pemenuhan
kebutuhan air bersih di Indonesia masih sangat kurang. Diperkirakan
hanya 30 persen dari kebutuhan yang terpenuhi. Bahkan, di kawasan lahan
gambut marginal diperkirakan hanya 10 persen penduduk yang memiliki
akses air bersih.
Hasil riset pengolah air gambut memberikan
sumbangan nyata. Pemanfaatannya sekaligus juga untuk pencapaian Tujuan
Pembangunan Milenium 2015 melalui peningkatan akses terhadap air bersih.
mf klo OOT.., blogx gk bs di follow ya.. *smile
ReplyDeletedi bagian bawah sobat....bru kmarin pasangny,
ReplyDelete