Thursday, October 28, 2010

Menilik Literatur Tehnik Memanah


Kegagahan pasukan pemanah sering menjadi buah bibir. Mereka kerap pula dianggap sebagai penentu kemenangan dalam pertempuran. Tak heran jika pasukan-pasukan besar melengkapi dirinya dengan regu pemanah andal untuk menyudahi perlawanan musuh.
Di dunia Islam, para pemanah juga melengkapi kisah-kisah pertempuran. Bahkan, ada pula manuskrip-manuskrip yang menguraikan teknik memanah dan gambaran tentang perlengkapan perang tersebut. Juga, penggunaannya dalam olahraga dan kegiatan lainnya, seperti bwburu.
Ada sebuah buku yang bisa menjadi rujukan dalam menguraikan hal itu. Buku tersebut ditulis sekitar 1368 Masehi oleh Taybugha Al-Ashrafi Al-Baklamishi Al-Yunani. Pada masa kini, terjemahan buku tersebut dikenal dengan Saracen Archerybut.
Judul asli buku tersebut dalam bahasa Arab adalah Kitab Ghunyat at-Tullab fi Ma rifat Rami an-Nushshab. Sedangkan, terjemahannya dalam bahasa Inggris adalah The Complete Manual of Archery for Cadets. Salinan buku ini dalam bahasa Arab tersimpan di British Library.Tak diketahui secara lebih mendalam informasi tentang Taybugha. Namun, hal yang pasti, ia menulis buku tersebut pada abad ke-14. Ia adalah seorang Mamluk. Biasanya, mereka adalah para budak yang dibeli, kemudian dilatih untuk menjadi prajurit.
Saat latihan menjadi prajurit usai, mereka biasanya dibebaskan dan kemudian menjadi bagian dari pasukan Mamluk. Pelatihan itu terorganisasi dengan baik. Tak heran jika di medan pertempuran pasukan Mamluk merupakan pasukan yang tangguh dan disegani lawan. Ketangguhan mereka terbukti. Selama periode invasi yang dilakukan pasukan Mongol ke Suriah, antara 1240 hingga 1300 Masehi, pasukan Mamluk mampu menghalau pasukan Mongol. Langkah mereka memaksa pasukan Mongol harus mengubah taktik bertempur.
Malcolm Wright, seorang ahli di bidang memanah, baik teori maupun praktik yang dikutip laman Muslim-heritage, mengungkapkan bahwa nama Taybugha diyakini berasal dari Turki. Kemungkinan, Taybugha berasal dari Turki bagian tengah.
Sedangkan, Al-Yunani-yang berarti Yunani-yang tersemat di bagian belakang nama Taybugha memunculkan kemungkinan ia berasal dari Yunani. Bahasa Arab bukan bahasa ibu yang ia gunakan. Apalagi, di awal buku, ia menyatakan permintaan maaf karena bahasa Arahnya yang buruk. Diyakini pula, Taybugha Al-Ashrafi Al-Baklamishi Al-Yunani telah pensiun dari pasukan Mamluk saat ia menuliskan bukunya. Bukunya ditulis pada saat busur panah masih menjadi salah satu senjata perang yang diandalkan dan tentu saja karyanya melahirkan pengaruh besar.
Apalagi, buku tersebut ditulis bukan hanya berdasarkan pengamalan pribadinya, tetapi juga pengalaman selama pelatihan. Ia menuliskan dokumentasi pelatihan terkait latihan memanah yang dilakukan pasukan Mamluk. Karyanya merupakan tulisan awal Muslim soal itu.
Di sisi lain, dalam bukunya, Taybugha menyebut sejumlah penulis lainnya yang dianggapnya sebagai ahli memanah. Ia menyebut tiga orang sebagai ahli memanah, yaitu Abu Hisham al-Mawardi, Tahir al-Balkhi, dan Ishaq al-Ragqi.
Ada pula sebuah referensi terhadap sebuah karya yang dibuat oleh Tahir al-Bakhi yang biasa juga disebut dengan nama al-Tabari. Buku tersebut berjudul Kitab aUWadih atau The Clear Book. Dalam sejumlah hal,
pasukan Muslim biasanya membandingkan pengajaran tiga ahli itu.
Nama lain adalah Murda ibn Ali ibn Murda al-Tarsusi yang menulis karya berjudul Tabsirat Arbab al-Albab fi Kaifiyat al-Najatfi al-Hurub pada sekitar 1187 Masehi. Buku ini berisi tentang strategi militer, termasuk bab tentang memanah.
Terdapat pula manuskrip lain dari dunia Islam yang membahas panah. Judul buku tersebut dalam terjemahan bahasa Inggris adalah A Book on the Excellence ofthe Bow and Arrow and the Description Thereof. Ini merupakan manuskrip yang ditulis sekitar 1500 Masehi.
Judul asli buku tersebut adalah Kitab fi Bayan Fadhl al-Qaws wal-Sahm wa-Awsafihima. Sayangnya, tak diketahui siapa penulis buku ini. Namun, Wright meyakini bahwa penulis buku ini adalah seseorang dari Afrika Utara, tepatnya Maroko.
Buku aslinya diterjemahkan oleh Nabih Amin Faris dan Robert Potter Elmer dan buku tersebut tersimpan di
Princeton Library. Diterbitkan pula oleh Princeton University Press pada 1945. Pada dasarnya, buku ini memberikan gambaran yang sama dari buku karya Taybugha.
Perkembangan seni memanah, selain terungkap dalam sejumlah karya Muslim, juga terjadi seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan yang ada di dunia Islam. Saat Barat tenggelam dalam sebuah masa yang disebut Zaman Kegelapan, dunia Islam melaju dengan perkembangan ilmu dan budayanya.
Cendekiawan Muslim memadukan pemikiran dalam tataran ide dengan praktik di dunia nyata. Misalnya, pembedahan menggunakan anestesi telah dipraktikkan ratusan tahun di dunia Islam sebelum akhirnya muncul di Barat.
Beragam penemuan dan pemikiran kemudian didokumentasikan oleh para cendekiawan Muslim. Hingga kemudian menjadi serangkaian warisan yang berguna dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Demikian pula dengan ilmu pengetahuan tentang panah dan memanah.
Di antara teks-teks yang ada tentang hal itu, gambaran tentang memanah tak sekadar terbatas pada kegiatan memanah dalam peperangan, tetapi juga sebagai sebuah olahraga. Di dunia Islam, sebenarnya kegiatan memanah ini bukan hal asing.
Sebab, Nabi Muhammad juga dikenal sebagai pemanah yang andal. Tiga busur yang diyakini miliknya tersimpan di Museum Istana Topkapi, Istanbul, Turki. Para cendekiawan juga menjelaskan bahwa busur merupakan salah satu mesin paling awal yang diciptakan manusia.
Pada intinya, busur adalah sebuah alat yang menyimpan energi yang kemudian melepasnya dengan mendorong anak panah agaj meluncur ke sasaran. Energi yang dikeluarkan adalah energi kinetik. Sejumlah perkiraan mengungkapkan bahwa panah telah digunakan sejak Zaman Batu.
Namun, bukti tersebut merupakan bukti tak langsung yang berasal dari asumsi setelah ditemukannya panah-panah batu api. Penemuan dan penggunaan busur juga diperkirakan dilakukan pada masa yang hampir bersamaan.
Pada perkembangan berikutnya, penggunaan busur dan anak panah ini mulai menyebar. Terkadang, teknik penggunaannya juga menyebar dan . saling memengaruhi. Tak heran, jika kemudian, teknik memanah orangorang Mongol juga memengaruhi teknik tentara Muslim. ed ferry

Sumber : http://bataviase.co.id/node/112585

No comments:

Post a Comment

Random Post